Seperti yang kita tahu,Abu Nawas adalah sosok manusia yang lucu,unik,banyak akal dan sangat religius,dia kerap di mintai perbuatan-perb...
Seperti yang kita tahu,Abu Nawas adalah sosok manusia yang lucu,unik,banyak akal dan sangat religius,dia kerap di mintai perbuatan-perbuatan atau di suruh oleh rajanya yang terkadang tidak masuk akal yang bahkan manusia biasa tidak sanggup untuk melakukannya.Karena kecerdikannya,semua perintah dan jebakan sang raja pun di manfaatkan juga,setiap hadiah yang dia dapat dari sang raja pun tidak lupa di berikan untuk fakir miskin dan yang berhak menerima.
Untuk saat ini saya akan menceritakan kembali tentang Abu Nawas yang berjudul '' Memantati Raja ''. Untuk lebih jelasnya,silahkan baca cerita berikut ini;
Selamat membaca
MEMANTATI RAJA
Pada suatu sore ketika Abu Nawas ke warung teh,
kawan-kawannya sudah berada disitu. Mereka memang sengaja sedang menunggu Abu
Nawas.
“Nah ini Abu Nawas datang.” Kata salah seorang dari mereka.
“Ada
apa?” kata Abu Nawas sambil memesan secangkir teh hangat.
“Kami tahu engkau selalu bisa melepaskan diri dari perangkap-perangkap
Raja Harun Al Rasyid. Tetapi kami yakin kali ini engkau pasti dihukum Baginda
Raja bila engkau melakukannya.” Kawan-kawan Abu Nawas membuka percakapan.
“Apa yang harus kutakutkan. Tidak ada sesuatu apapun yang perlu ditakuti kecuali Allah Swt.” Kata Abu Nawas menentang.
“Selama ini belum pernah ada seorangpun di negeri ini yang
berani memantati Baginda Raja Harun Al Rasyid. Bukankah begitu hai Abu Nawas?”
Tanya kawan Abu Nawas.
“Tentu saja tidak ada yang berani melakukan hal itu karena
itu adalah pelecehan yang amat berat, hukumannya pasti dipancung.”kata Abu
Nawas memberitahu.
“Itulah yang ingin kami ketahui darimu. Beranikah engkau
melakukannya?”
“Sudah kukatakan bahwa aku hanya takut kepada Allah Swt
saja. Sekarang apa taruhannya bila aku
bersedia melakukannya?” Abu Nawas ganti bertanya.
“Seratus keping uang emas. Disamping itu Baginda harus
tertawa tatkala engkau pantati.” Kata mereka. Abu Nawas pulang setelah menyanggupi
tawaran yang amat berbahaya itu.
Kawan-kawan Abu Nawas tidak yakin Abu Nawas sanggup membuat
Baginda Raja tertawa apalagi ketika dipantati. Tampaknya kali ini Abu Nawas
harus berhadapan dengan algojo pemenggal kepala.
Minggu depan Baginda Raja Harun Al Rasyid akan mengadakan jamuan kenegaraan. Para menteri, pegawai istana, dan orang-orang dekat Baginda diundang, termasuk Abu Nawas. Abu Nawas merasa hari-hari berlalu dengan cepat Karena ia harus menciptakan jalan keluar yang paling aman bagi keselamatan lehernya dari pedang algojo. Tetapi bagi kawan-kawan Abu Nawas hari-hari terasa amat panjang. Karena mereka tak sabar menunggu pertaruhan yang amat mendebarkan itu.
Minggu depan Baginda Raja Harun Al Rasyid akan mengadakan jamuan kenegaraan. Para menteri, pegawai istana, dan orang-orang dekat Baginda diundang, termasuk Abu Nawas. Abu Nawas merasa hari-hari berlalu dengan cepat Karena ia harus menciptakan jalan keluar yang paling aman bagi keselamatan lehernya dari pedang algojo. Tetapi bagi kawan-kawan Abu Nawas hari-hari terasa amat panjang. Karena mereka tak sabar menunggu pertaruhan yang amat mendebarkan itu.
Persiapan-persiapan di halaman istana sudah dimulai. Baginda
Raja menginginkan perjamuan nanti meriah karena Baginda juga mengundang
raja-raja dari negeri sahabat.
Ketika hari yang dijanjikan tiba, semua tamu sudah datang kecuali Abu Nawas. Kawan-kawan Abu Nawas yang menyaksikan dari jauh merasa
kecewa karena Abu Nawas tidak hadir. Namun ternyata mereka keliru. Abu Nawas
bukannya tidak datang tetapi terlambat sehingga Abu Nawas duduk ditempat yang
paling belakang.
Ceramah-ceramah yang mengesankan mulai disampaikan oleh para
ahli pidato. Dan tibalah giliran Baginda Raja Harun Al Rasyid menyampaikan
pidatonya. Seusai menyampaikan pidato, Baginda melihat Abu Nawas duduk
sendirian ditempat yang tidak ada kerpetnya. Karena merasa heran Baginda
bertanya,
“Mengapa engkau tidak duduk diatas karpet?”
“Paduka yang mulia, hamba haturkan terima kasih atas perhatian
Baginda. Hamba sudah merasa bahagia duduk disini.” Kata Abu Nawas.
“Wahai Abu Nawas, majulah dan duduklah diatas karpet nanti
pakaiannmu kotor karena duduk diatas tanah.” Baginda Raja menyarankan.
“Ampun Tuanku yang mulia, sebenarnya hamba ini sudah duduk
diatas karpet.”
Baginda bingung mendengar pengakuan Abu Nawas. Karena
Baginda melihat sendiri Abu Nawas duduk diatas lantai.” “Karpet yang mana yang
engkau maksudkan itu wahai Abu Nawas?” Tanya Baginda masih bingung.
“Karpet hamba sendiri Tuanku yang mulia. Sekarang hamba
selalu membawa karpet ke manapun hamba pergi.” Kata Abu Nawas seolah-olah
menyimpan misteri.
“Tetapi sejak tadi aku belum melihat karpet yang engkau
bawa.” Kata Baginda Raja bertambah bingung.
“Baiklah Baginda yang mulia, kalau memang ingin tahu maka
dengan senang hati hamba akan menunjukkan kepada Paduka yang mulia.” Kata Abu
Nawas sambil beringsut-ringsut kedepan. Setelah cukup dekat dengan Baginda, Abu
Nawas berdiri kemudian menungging menunjukkan potongan karpet yang ditempelkan
dibagian pantatnya. Abu Nawas kini seolah-seolah memantati Baginda Raja Harun
Al Rasyid. Melihat ada sepotong karpet menempel dipantat Abu Nawas, Baginda
Raja tak bisa membendung tawa sehingga beliau terpingkal-pingkal diikuti oleh
para undangan.
Menyaksikan kejadian yang menggelikan itu kawan-kawan Abu
Nawas merasa kagum.
Mereka harus rela melepas seratus keping uang emas untuk
Abu Nawas.
THE END.
THE END.
COMMENTS